BK Peduli Siswa
Senin, 01 Juni 2015
Sajak Palsu
Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.
1998
Guru BK dianggap sebagai polisi sekolah, KENAPA?
Kalian kenal sama guru BK kalian?
mungkin untuk yang sekolah saat ini sangat erat sama guru BKnya ya? atau malah kalian malas banget kalau ketemu sama guru BK kalian? coba yang udah lulus ingat - ingat lagi, guru BK kalian dulu seperti apa sich?
Share yuk bagaimana guru bk kalian?Dan menurut kalian apa yang harus diperbaiki oleh guru bk agar lebih dekat dengan anak-anak?tidak mengurangi rasa hormat jg pastinya..
Cerita SM3T
IBU,
APAKAH KAMI BODOH?
Pertama kali
saya menginjakkan kaki ditanah Borneo ini. Melihat dari atas pesawat yang kami
lihat adalah hijau, hijau, dan hijau, serta sungai – sungai yang panjang yang
kadang berbatas kadang juga saling berhubungan panjang melintas. Kami
melihatnya sebagai sesuatu yang mengagumkan, yang ada dibenak kami sekarang
adalah dimanakah kami akan ditempatkan dan mengabdikan diri, ternyata kami ada
di suatu provinsi baru yaitu pemekaran dari provinsi kalimantan timur, yang
bernama Provinsi Kalimantan Utara, saat kami ada di jakarta kami berfikir
dimanakah nunukan itu, ternyata Kabupaten Nunukan merupakan wilayah pemekaran dari kabupaten Bulungan.
Kami bertiga ditempatkan di SMKN 1 Tulin Onsoi, Lokasi
SMK Negeri 1 Tulin Onsoi terletak di jalan Trans Kalimantan, desa Sanur
kecamatan Tulin Onsoi. Sekolah ini terletak di tengah perkebunan kelapa sawit,
dan dekat dengan daerah transmigrasi atau SP1. Secara demografis SMK Negeri 1
Tulin Onsoi berada di desa sanur. Desa Sanur merupakan daerah transmigrasi
(SP1). SMK Negeri 1 Tulin Onsoi terletak
di antara perkebunan sawit, namun daerah ini cukup ramai karena banyak dilewati
mobil perusahaan dan merupakan jalan menuju kecamatan Tulin Onsoi.
Dari segi sosial
masyarakat di daerah ini memiliki karakteristik interaksi antar warga
masyarakat yang sangat baik, hal ini ditandai dengan sikap saling membantu dan
gotong royong antar warga, sikap saling membantu ini ditunjukkan contohnya saat
ada yang memiliki hajatan atau acara pernikahan, juga adanya kekerabatan antar
suku yang terjalin baik, terbukti dari beberapa pernikahan yang terjalin antar
suku membuat warga masyarakat semakin maju dan semakin belajar untuk menghargai
dan menghormati suku – suku yang lain. Dari segi ekonomi masyarakat daerah ini
antara lain bermata pencaharian sebagai pekerja perusahaan sawit, wiraswasta,
dan pegawai. Dari segi budaya, daerah Tulin Onsoi memiliki karakteristik
multikultur atau bermacam budaya. Hal ini karena desa Sanur merupakan daerah
transmigran atau biasa disebut dengan daerah Satuan Pemukiman 1 ( SP 1 ), untuk
sekarang ada 3 daerah Satuan Pemukiman, ( SP 1, SP 2, dan SP 3 ).
Budaya asal dari
masing – masing warga ini berbaur dengan harmonis. Interaksi antar suku atau
budaya terjalin baik, meskipun kadang - kadang terjadi perkelahian tetapi masih
dapat teratasi. Misalkan adanya sistim denda yang diterapkan oleh satu suku
apabila menabrak binatang peliharaan yang menghadang kendaraan di tengah jalan, hal itu sering
kali menimbulkan konflik. Dari segi pendidikan, kabupaten memiliki program
gerbang emas nunukan yang salah satu poin pentingnya adalah peningkatan mutu
dalam rangka menciptakan manusia yang memiliki kualitas dan berdaya saing. Hal
ini terbentur pada kendala Keterbatasan guru itu dikarenakan belum ada pemerataan tenaga guru,
fasilitas yang kurang memadai dalam pelaksanaan pembelajaran, kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya sekolah, adat budaya, sarana transportasi
menuju sekolah yang sulit ditempuh.
Selain masalah
fisik atau eksternal penunjang pendidikan, faktor lain yang tidak kalah
pentingnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang masih terabaikan adalah fungsi
bimbingan dan konseling. Kurangnya pengetahuan tentang fungsi layanan bk serta
belum ada dukungan serius dari pemerintah khususnya dinas pendidikan untuk
mengurai masalah ini menjadikan aplikasi dan pengembangan BK di dalam pendidikan
khususnya disekolah dirasakan masih sangat minim. Keberadaan sm3t diharapkan
mampu memberikan kontribusi positif khususnya dalam sosialisasi layanan BK. Di mulai lah cerita kami, Tatapan kami mantap di depan
mata ada dua bangunan yang tampaknya sering kali digunakan dan satu bangunan
yang dalam tahap pengerjaan itulah sekolah kami mengabdi.
Satu petak tanah yang lumayan besar, Sekolah SMK ini
berdiri, disamping kanan dan kiri, depan serta belakang dari bangunan itu yang
kami lihat hanyalah pohon sawit, bukit sawit dan bentangan langit lepas. Menghirup
udara segar, jauh dari hirupikuk jalanan.
Tidak ada
seorang pun yang berada di sekolah karena jam sekolah sudah usai sebelum kami
sampai. Kami dijemput oleh kakak SM-3T angkatan sebelum kami, dan ternyata juga
dari program studi BK dan diajaknya kami untuk ke mes guru. Malam pertama kami
habiskan untuk berkenalan satu dengan yang lain. Tiada berkesan karena kami
semua tertidur pulas karena capek perjalanan yang jauh. Sering kali suara truk
pengangkut sawit, mobil perusahaan sawit, serta motor yang hanya satu dua saja yang berlalu mendominasi
pendengaran hari – hari kami. Disamping mes yang kami tinggali ada Guru Agama
Islam beserta keluarganya yang sudah PNS dan ada dua kantin yang ditinggali
satpam sekolah beserta keluarganya juga adik satpam sekolah beserta
keluarganya. Dari sekolah ke tempat pemukiman warga lumayan jauh, dan kami
harus berjalan kaki jika kami ingin pergi kemana-mana. Disana menyalakan
listrik menggunakan solar yang kadang nyala dan kadang tidak menyala saat solar
didaerah sedang langka, terkadang kami hanya menggunakan senter hp saja, kami
mendapat listrik dari tenaga surya yang di hidup kan waktu jam sekolah, itu
saja baru-baru ada.
Dulu waktu
pertama kami datang mesin diesel yang kami dengar di malam dan siang harinya
saat jam belajar. Malam kami pun berubah jadi romantis, malam hari saat tidak turun hujan kami
bersama-sama menikmatinya dengan memandang langit tulin onsoi yang sangat indah
bertaburkan bintang dan dihiasi suara jangkrik kami menikmati menjadikan malam
- malam kami penuh arti. Karena suasana yang seperti ini yang jarang kami temui
jika kami berada dirumah kami masing – masing, kami saling membicarakan
berbagai hal, mendengarkan musik sambil menyanyi dan disertai dengan canda
tawa, sambil meminum kopi dan makan kue
– kue kering kami menikmati dengan bersyukur, kami masih bisa seperti ini dan
mendapatkan kesempatan yang tidak kebanyakan orang bisa rasakanTidak ada sumber
air yang berada dekat mes kami, jadi waktu hujan adalah waktu yang
menggembirakan untuk kami, kami bisa mandi, mencuci dan minum serta memasak
dari air hujan yang kami kumpulkan ketika hujan.
Hari pertama di
sekolah, kami berkenalan dengan guru – guru dan kami satu per satu ke kelas
yang ditentukan oleh waka kurikulum dan kami mengisi dengan perkenalan saja, sambutan
hangat dari anak-anak beserta gurauan renyah kami terima. Dan malamnya kami
membantu kakak sm3t yang lebih dulu ditempatkan disitu masak besar untuk acara
esok hari pelepasan SM3T angkatan II dan penerimaan SM3T angkatan III, akhirnya keesokan harinya kami
bertiga di perkenalkan sebagai guru baru di SMK, sebagai pengganti guru bantu
Sm3t yang baru. Serta kami diberi kejutan kue tart untuk penyambutan kami. Kami
berada di tengah – tengah mereka dan menyambut dengan antusias ingin mengenal
kami bertiga, tapi mereka juga bersedih karena guru yang telah mengajar mereka
selama satu tahun ini akan meninggalkan mereka pulang kembali ke tempat mereka
masing – masing. Kami bertiga pun sempat berfikir, akankah waktu kami pulang
nanti seperti kakak – kakak yang sekarang, anak – anak dan guru – guru yang
lain terlihat begitu kehilangan.
Anak-anak yang
bersekolah SMKN 1 Tulin Onsoi dari berbagai macam suku, ada yang suku asli
kalimantan dayak, ada suku jawa, suku timur atau orang-orang NTT, ada orang
lombok, orang NTB, ada orang sulawesi, dan mereka menyatu dalam satu kelas yang
sama. Ada 2 jurusan Hortikultura dan Perkebunan, dibagi 6 kelas, ada 10 guru
PNS dan 10 guru honor, 1 satpam sekolah, 2 Tata Usaha, 1 cleaning service, 1
pekerja kebun. Di tempat saya mengabdi jika tidak ada hujan beberapa hari atau
lebih dari tiga hari maka disebut dengan kemarau karena daerah perkebunan
sawit, jalanan masih tanah merah yang berkerikil membuat banyak debu ketika
truk-truk sawit mengangkut hasil kebun. Dan waktu kemarau kira-kira seminggu
tidak turun hujan, juga persediaan air kami habis kami warga mes mandi di
kubangan di dekat jalan besar yang harus kami tempuh cukup jauh dan harus bangun
awal sehingga saat anak-anak datang ke sekolah tidak melihat kami sedang mandi
di kubangan itu, kubangannya kecil tapi tidak pernah habis airnya dan warnanya
seperti air milo, yang kecoklatan tapi tidak keruh, kami menikmatinya dengan
bersyukur, masih bisa mandi dan nyuci disitu meski malu dan takut ketahuan
siswa, tapi sangat membekas dan jadi kenangan yang menyenangkan.
Waktu hujan
turun adalah waktu yang membahagiakan bagi kami warga mes. Karena kami dapat
menampung air sebanyak-banyaknya untuk minum, masak, nyuci piring, mandi dan
kadang kalau air berlebihan kami dapat menyuci pakaian kami di mes. Sering kali
kami bangun di pagi, atau malam hari, sewaktu – waktu hujan turun kami akan
bangun untuk mengisi bak – bak kami, agar kami bisa mandi, agar kami masih bisa
mencuci piring kami. Di Tulin Onsoi masih mempercayai mitos yang pada waktu
kami datang, kami diberitahu oleh guru-guru kalau bertamu ke rumah orang, kalau
ada makanan dan minuman terutama diberi pemilik rumah makan nasi dan minum kopi
kami harus memakan dan meminumnya kalau pun kami tidak makan dan tidak minum
kami harus menyentuh makanan dan minuman yang disediakan dengan jari telunjuk
lalu menyentuhkannya pada mulut selanjutnya menyentuhkannya ke leher dengan
berkata ”SEMBUT SALAK” dan kalau kami tidak melakukannya maka kami akan
mendapatkan celaka entah itu kecelakaan, dipatuk ular, atau dimakan buaya yang
mereka sebut dengan “ KEPOHONAN” , adat orang dayak ketika ada orang meninggal
dan ada orang menikah maka mereka akan melakukan pesta besar dengan membuat
kue, masakan yang banyak juga mereka minum-minuman yang mereka buat sendiri.
Adat orang dayak
mereka suka membuat kesepakatan tunang anak mereka, bisa tunang saat masih
dikandung dan saat mereka masih kecil, dan sering kali anak baru sekolah
menengah pertama mereka sudah menikah adat, tapi tidak sedikit yang
memperjuangkan hak mereka untuk bersekolah meski memberontak keinginan orang
tua mereka untuk dinikahkan. Sekarang sudah banyak orang tua yang mau menerima
perubahan dan keinginan anaknya untuk bersekolah. Di SMKN 1 Tulin Onsoi tidak
ada guru BK, tapi kemarin ada dari SM-3T UM dan cerita dari waka kesiswaan guru
BK yang dari SM-3T UM sering memperjuangkan hak anak-anak dan membela anak-anak
dan sering tidak sepaham dengan waka kesiswaan dan dia tidak putus – putusnya
memperjuangkan mereka agar mereka menjadi orang – orang yang lebih baik. Selanjutnya
tongkat estafet pun di berikannya kepada saya, saya berusaha memahami apa yang sedang terjadi di SMKN 1
Tulin Onsoi.
Memang awalnya
seperti sangat sulit bagi saya, karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman
saya menjadi guru BK. Saya pun berusaha memahami keadaan yang terjadi disana.
Saya berfikir, apa bisa saya menjadi guru BK yang memang benar guru BK. Pertama
kami datang kami diberitahu oleh guru – guru kalau ada kelas yang terdapat anak
– anak bodoh, nakal, dan bandel. Mereka sudah membuat banyak guru jengkel dan
kuwalahan menghadapi mereka, ada cerita juga kalau guru – guru perempuan dibuat
mereka tidak betah dikelas itu dan sering kali guru – guru perempuan menangis
jika masuk dikelas itu. “Merekalah yang menjadi bahan untuk ibu BK dan guru BK
yang kemarin pun kuwalahan menghadapi anak – anak itu, dibuatnya ibu BK yang
kemarin itu tunduk dengan kata – kata mereka, dan dibohonginya guru BK yang
kemarin itu dengan kata – kata manis mereka, tapi mereka tetap saja melakukan
kesalahan – kesalahan yang sama lagi bahkan guru BK yang sering membantu mereka
pun dibuatnya menangis dan memohon kepada mereka hingga guru BK itu menyerahkan
mereka kembali kepada saya”, kata waka kesiswaan serta waka kurikulum.
Dan saya hanya
tersenyum mendengar kata – kata itu, dalam hati saya anak – anak seperti apa
mereka sehingga melakukan hal seperti itu, apakah saya bisa nanti? Saya terus
saja berfikir akan kata – kata waka kesiswaan sembari memikirkan juga apa yang
harus saya lakukan untuk mereka, karena tantangan dari waka kesiswaan yang
berkata “ Coba, saya mau tahu ibu bisa tidak merubah mereka, atau BK hanya
sekedar BK dan tidak tahu apa – apa, seperti BK yang tahun kemarin itu? Saya
mau tantang ibu kalau seandainya ibu bisa dan mau menerima tantangan saya, dan
saya yakin paling – paling ibu akan kuwalahan juga dan tidak akan bisa serta
ibu akan menyerah dan mengembalikan mereka lagi kepada saya”. Kata – kata dari
waka kesiswaan memang membuat saya penasaran terhadap anak – anak itu. Hari
yang ditunggu segera tiba, saya akan masuk kelas mereka. Dengan mengatur nafas,
saya memasuki ruangan yang dimana anak – anak spesial itu ada.
Waktu saya masuk ke dalam ruangan, celotehan yang
tidak sopan keluar dari mulut mereka ada yang bilang, “ eh, ada cewek” ,” eh,
ada ibu guru baru”, “eh, cantik, siapa namanya? “, “eh, boleh minta nomor hpnya
kah?”. Saya tersenyum, dan menunggu sejenak mereka diam, dan akhirnya saya
mulai memperkenalkan diri “ Selamat Pagi, Perkenalkan nama saya Dita Mei
Saputri kalian bisa memanggil saya Ibu Dita, ada pertanyaan?” itu ungkapan
pertama saya kepada mereka. Dan mereka mengguraui saya, dengan canda mereka
yang kurang sopan tapi saya tanggapi dengan sopan dan senyuman. Ibu,
Apakah kami Bodoh? Pertanyaan serempak anak – anak itu membuat saya
tersentak. Pertanyaan yang tidak pernah saya dengar dari anak – anak didik saya
sebelum-sebelumnya. Anak anak itu berkata, ibu apakah kami dapat lulus? Guru –
guru tidak peduli terhadap kami, guru – guru tidak ingin kami lulus, ibu? Untuk
apa kami ada disekolah ini? Untuk apa kami belajar jika tidak ada yang mau
mengajar kami? Kami merasa tidak adil, hanya anak – anak kelas A saja yang mendapat
pelajaran sedangkan guru – guru tidak ada yang mau memperhatikan kami? Tidak
ada gunanya kami setiap hari ke sekolah, hanya begini – begini saja yang kami
lakukan.
Tidak ada guru yang mau masuk, mereka hanya
memperhatikan kelas anak – anak pintar saja. Ungkapan dari dasar hati mereka
meluap saat saya bertanya kenapa kalian bicara seperti itu. Saya tatap wajah
mereka satu per satu, dan yang saya lihat memang anak – anak yang kehilangan
optimisme, kurang gairah belajar, dan kurang di perhatikan. “Ibu, kami kelas
anak – anak bodoh, kami hanyalah kelas buangan” itu yang banyak mereka bilang
secara berulang – ulang. Dan saya seperti paham perasaan yang mereka rasakan,
seperti kesakitan yang mendalam yang mereka terima selama ini dan tidak adanya
perhatian membuat mereka sekenaknya saja mereka berbuat. Dari anak – anak itu
yang pertama tidak sopan, akhirnya mereka mau bercerita seperti itu saya sangat
senang sekali. Dimulai dari sesuatu yang mau diungkapkan itu, saya meminta
mereka untuk menulis saran untuk guru – guru yang mengajar mereka dan
menceritakan apa saja yang mereka sudah lakukan sehingga guru – guru tidak mau
memperdulikan mereka. Akhirnya saya memberi saran buat mereka untuk meminta
maaf serta meminta kepada guru – guru mau mengajar mereka kembali.
Tapi saya berpesan kepada mereka, “ akan menjadi
tidak mudah karena selama ini kalian berbuat yang tidak disenang i oleh guru,
tapi kalian harus tetap melakukannya karena kalian bilang tadi ingin belajar,
kalian pasti bisa, ibu akan mendukung kalian. Kalian harus mencoba terlebih
dahulu baru kalian boleh menyerah, tapi dalam hal ini kalian tidak boleh
menyerah. Saya akan bantu kalian meminta kepada guru – guru untuk memaafkan
kalian. Semangat, kalian pasti bisa!”. Dari memanggil anak – anak yang jarang
masuk ke sekolah, mendekati mereka secara personal, memotivasi mereka dengan
cerita motivasi, mempertontonkan film motivasi seperti film Tanah Surga
Katanya,
memberi penyuluhan tentang rokok, membantu saat
mereka membuat pohon telur saat maulid, itulah sebagian yang saya bisa lakukan untuk
mereka agar mereka bersemangat bersekolah. Setiap hari saya melihat ke kelas
mereka. Saya berusaha agar mereka merasa diperhatikan, dan tidak seperti
kemarin, yang tidak bersemangat, yang tidak bergairah untuk belajar, yang tidak
beroptimis. Mereka pernah bertanya kepada saya, “ ibu, kenapa ibu sangat
memperhatikan kami? Kenapa ibu mau melakukan semuanya buat kami? Dengan
senyuman saya menjawab, “ karena saya sayang sama kalian, kalian adalah anak –
anak yang spesial bagi saya, saya berharap kalian menjadi orang – orang yang
sukses nanti dan kita bisa bertemu di kesempatan dan di tempat yang berbeda,
doa saya selalu beserta kalian”.
Saya yakinkan mereka bahwa masih ada guru – guru yang
memperhatikan mereka, meski banyak guru yang tidak suka namun mereka harus
tetap berjuang untuk mereka sendiri, untuk orang tua mereka yang sangat mereka
sayangi, untuk orang – orang disekitar mereka. Bagaimana pun saya tetap
memperjuangkan mereka, agar mereka tidak berhenti berusaha, tapi setelah saya
renungkan ternyata usaha saya kurang sekali, kurang maksimal, setelah saya
melihat perjuangan guru yang ada di film FREEDOM WRITER’S, guru yang baik itu
hanya akan dikenang sesaat saja, tetapi guru yang menginspirasi yang selalu
diingat sepanjang masa. Guru tidak cukup hanya baik tetapi guru juga harus
berdampak besar buat murid – muridnya. Dan itu belum saya lakukan, saya belum
sepenuhnya mengerahkan jiwa dan raga saya untuk murid – murid saya, saya masih harus
banyak belajar agar saya bisa memberikan yang terbaik bagi murid – murid
spesial saya. Semua siswa adalah spesial bagi saya. Tapi kadang itu juga yang
saya lupakan, bahwa saya sering dengan kesibukan saya sendiri, dengan fikiran
saya sendiri, sehingga mereka tidak memperoleh yang terbaik dari saya.
Saya sering menghadapi anak yang malas bersekolah,
banyak alfa, saya maklum kalau mereka seperti itu karena guru jarang masuk,
tapi itu yang saya mau ubah didalam diri mereka, setiap kali saya masauk ke kelas
– kelas saya sampaikan kalian harus memanggil guru jika ada jam pelajaran,
mungkin bapak atau ibu guru lupa jam mereka, kalian panggil bapak ibu guru
mungkin mereka perlu kalian ingatkan, kalian harus memanggil bapak ibu guru
karena kalianlah yang membutuhkan mereka untuk membuat kalian mengerti, kalian
harus sopan kepada bapak ibu guru karena dari merekalah kalian semua
mendapatkan ilmu yang akan berguna bagi kalian dimasa depan. Saya pun banyak
belajar dari anak – anak untuk membuat diri saya lebih baik lagi. Sering saya
bilang kepada mereka, ibu manusia biasa, banyak kekurangan, jika ada saran
kritik kalian sampaikan saja kepada ibu, ibu akan sangat senang sekali menerima
saran dan kritikan dari kalian. Membuat mereka menyukai sekolah itu memang tidak
mudah, dari saya sering mengirim pesan, sering menanyakan mereka kepada teman
mereka, mendekati mereka, membuat mading lebih menarik dengan memasukkan unsur
– unsur semangat bersekolah, berprestasi, dan lebih maju.
Rasanya saya ingin menyampaikan segala pengetahuan
saya kepada saya, tapi keterbatasan ilmu saya membuat saya ingin berteriak
kalian harus lebih dari saya apapun yang terjadi. Saya ingin mereka lebih
bersemangat dari saya dalam menghadapi apapun. 3 serangkai kata pak Joni,
karena saat satu tidak masuk yang lainnya juga pasti tidak masuk. Mereka anak –
anak manis, tapi mereka jarang masuk sekolah karena rumah yang jauh dari
sekolah dan jalanan dari rumah mereka menuju ke sekolah jalanan tanah merah
yang sangat licin, apalagi jika hujan, mereka tidak berani untuk pergi kemana –
mana karena memang licin sekali. Saat saya melakukan pendekatan kepada mereka,
mereka bertanya – tanya, kenapa ibu dita begitu mau peduli sama kami? Saya melakukan tugas saya, saya selalu
memimpikan akan mengajar dipelosok, dan
saat itu saya alami, mungkin saya diingatkan kembali dengan impian – impian
saya sewaktu saya berada di SMK, anak akuntansi yang hanya anak tukang kayu
bermimpi tinggi untuk menjadi seorang pengajar.
Itu sesuatu yang luar biasa dalam hidup saya, maka
saya sampaikan itu kepada anak – anak agar mereka juga bersemangat meski tidak
ada apapun tapi kalian masih punya semangat dan tekad untuk mengejar impian.
Saat ada anak yang dikejar sama waka kesiswaan akan dirapikan rambutnya, anak
itu lari keluar sekolah hendak mengambil motornya, dan pulang karena dia suka
rambutnya panjang. Diwaktu dia hendak mengambil motor, kunci motor diambil oleh
waka kesiswaan sehingga anak itu tidak bisa pulang dan waktu saya lihat saya
pun mengejar anak itu dengan maksud mengajaknya untuk masuk lagi ke sekolah,
dengan mendekati anak itu saya berusaha membuat dia untuk kembali lagi ke
sekolah, dan akhirnya berhasil malahan dia tidak jadi pulang tapi dia kembali
ke kelasnya dan mengikuti pelajaran dengan baik, suatu hal yang menurut saya
luar biasa karena guru – guru yang lain sudah angkat tangan jika menghadapi
dia, tapi saya sangat bangga dengan anak itu dia mau berubah dan hormat kepada
orang lain. Waktu itu dikumpulnya satu kelas dan dibilangnya mereka tidak akan
diluluskan, seberapapun usaha mereka, dan saat mereka pulang malamnya mereka
banyak yang mengirimkan pesan kepada saya, bagaimana bu, kami hancur sudah bu,
kami tidak ada harapan lagi, kami dipastikan tidak akan lulus bu, dan lagi saya
meyakinkan mereka kembali, memberi motivasi mereka, membuat mereka bersemangat
lagi, dan itu yang membuat saya tidak berhenti memikirkan mereka, dengan
membicarakannya kepada kepala sekolah, waka kesiswaan, wali kelas dan guru –
guru lain, saya berusaha semampu saya.
Dan anak – anak pun kembali optimis, dan sewaktu
mereka akan menerima hasil kelulusan, kami guru – guru semua diberitahukan agar
kami semua datang untuk menyaksikan kelulusan dan pesan dari waka kesiswaan dan
waka kurikulum hanya 20 % saja yang lulus, jadi 80 % nya tidak. Kami sudah
berimajinasi waktu kami berada dimes, kami punya imajinasi kalau keluarga dari
anak – anak datang ke sekolah dan mereka mengamuk di sekolah, apalah jadinya
kami nanti, kami tertawa, sedih, takut berasa menjadi satu rasa yang aneh, dan
kami dipaksa untuk datang ke sekolah menyaksikan anak – anak dengan kelulusan
20 %, akhirnya kami berangkat ke sekolah melihat anak – anak berjalan dari
kejauhan saja membuat tubuh kami bergetar dengan hasil mereka nanti, karena
yang ada dibenak saya adalah mereka satu meja satunya mendapat hasil lulus, dan
satunya tidak. Dan yang kami bayangkan akan menjadi sebuah kenyataan amplop
sudah ditangan mereka masing – masing, anak – anak menangis dan ada yang akan
mengamuk, tapi penjagaan ketat dan anak – anak tidak dibiarkan keluar.
Saya tidak tahan melihat mereka akhirnya saya dan
teman – teman guru perempuan kami juga meneteskan air mata, sesudah beberapa
menit waka kurikulum mengumumkan sesuatu yang penting yaitu Semua siswa SMKN 1
Tulin Onsoi Lulus 100 %, air mata saya bertambah deras ada anak yang langsung
bersimpuh didepan saya dan bilang terima kasih bu dita, dan dia mencium tangan
saya. Anak – anak yang lain mengikuti dengan memberi salam kepada semua guru,
mengucap terima kasih, dan banyak yang memeluk. Suatu pengalaman yang tidak
akan pernah saya lupakan. Mendapati anak – anak yang luar biasa dan membekaskan
wajah mereka dalam hati saya. Saya selalu berkoordinasi dengan kepala sekolah,
waka kesiswaan, wali kelas, dan guru – guru, karena tanpa mereka saya tidak
dapat melaksanakan semuanya. Dari merekalah saya juga belajar, segala
sesuatunya. Waktu saya datang masih sering anak –anak diberi hukuman jalan
jongkok, lari lapangan, masuk kolam, dirotan, tapi saya berusaha agar itu tidak
dilakukan lagi, memang tidak mudah saat pertama saya bilang “ pak, kalau boleh
saya memberi saran anak – anak jangan dirotan lagi, saya tidak sanggup
melihatnya”, dan saat itu malahan bapak itu melakukannya sengaja di depan saya
dan saya disuruhnya untuk melihat saya mau pergi dipegangnya tangan saya
dipaksa melihat hal itu dan saya hampir menangis.
Saya selalu membincangkan anak –anak dengan guru –
guru agar mereka tidak melakukan itu menggantinya dengan hukuman yang lain, dan
memang dengan cara yang halus dan secara pribadi, akhirnya hukuman itu jadi
berkurang. Dan mereka saling bekerja sama agar anak-anak menjadi lebih baik
lagi, waka kesiswaan sering meminta pendapat tentang anak-anak, wali kelas pun
juga begitu, dan ada juga dari guru-guru yang meminta pendapat agar dekat
dengan anak-anak dan dapat membantu permasalahan anak-anak. Saya suka ikut
pramuka, sewaktu disana saya ikut menjadi pembina pramuka, ada pengalaman waktu
kemah bersama anak – anak, kami berkemah di bukit yang jauh dari sekolah,
bersama anak – anak ada di tenda yang berisikan 20 orang, tenda yang terbuat
dari terpal tidak sanggup membungkus kami, kami berhimpit karena hujan masih
deras. Setelah agak reda, saya keluar dan banyak juga anak – anak yang keluar
karena mereka kesesakan berada didalam, malam bertambah dingin, tubuh kami agak
basah dan saya pun mulai mengantuk, setelah saya perhatikan ada sisa terpal
disaming tenda yang didirikan saya beristirahat disitu, malah anak – anak ikut
tidur disitu, diberinya saya selimut salah satu anak bersama – sama tidur
dengan saya satu selimut itu. Saya juga diberi kesempatan mengisi pramuka di
SDN 07 Tulin Onsoi, acara persami.
Dan acara persami SD, SMP, SMK Tulin Onsoi saya
menemani anak – anak berkemah, bersama guru – guru yang lain, saya menjadi
pembina pramuka sebagai perwakilan sm3t
dari SMK. Waktu HUT PGRI saya juga dilibatkan sebagai juri tari, dalam
penilaian gerakan dan kreasi. Saya sangat mengapresiasi dengan penunjukkan itu,
merupakan suatu penghargaan buat saya, saya jadi bertambah pengalaman.
Anak - anak sering juga mengajak saya
untuk melihat bola, mereka sangat antusias untuk mengajak karena mereka ingin
saya lihat. Waktu bulan desember didesa semunad ada pertandingan Christmas Cup,
ada berbagai permainan yang dilombakan seperti sepak bola, bola volly, tenis
meja, catur dan saya lihat orang – orang disana punya kemampuan yang luar bisa.
Mereka setiap tahun, bahkan setiap hari dan event – event tertentu yang sering
dilombakan adalah itu tadi. Mereka sangat semangat untuk bertanding. Anak –anak
SMK pun juga ikut main, mereka ada yang bermain mewakili desa ada juga yang
memang bermain untuk SMK. Saat mereka main, mereka selalu mengajak saya untuk
melihat mereka bertanding.
Mereka menjemput saya, dan mereka sangat senang
dengan kehadiran saya untuk menyemangati mereka, tak jarang kami bergurau
sehabis mereka bermain, kami makan bersama, dan membicarakan pertandingan yang
sudah dilalui dan strategi untuk pertandingan yang akan dihadapi. Ada seorang anak
yang selalu menjemput saya, pengennya saya bukan guru yang lain, bahkan sesudah
selesai pertandingan smpai dia bertanding sendiri dia selalu mengajak saya, dan
saya ditanya teman – temannya dengan bangga “ Ini Guru Saya, Ibu Dita “, setiap
dia mengajak saya dan memperkenalkan dengan teman – temannya saya merasa
terharu. Implementasi BK di SMKN 1 Tulin Onsoi membuat data pelanggaran siswa,
masuk kelas dan memberi cerita motivasi, membuat permainan untuk materi kerja
sama, memberi penyuluhan tentang rokok, melakukan bimbingan kelompok, melakukan
konseling individu, memberikan motivasi anak dengan film. Dalam ilmu konseling
saya merasa masih sangat kurang, sehingga saat didaerah pengabdian saya
hanya melakukan apa yang bisa saya
lakukan. Anak-anak banyak yang kurang percaya sama guru BK sebelumnya dan
akhirnya mereka percaya kepada saya sebuah keharuan tersendiri untuk saya. Saya
banyak dicurhati anak-anak bahkan sampai saya pulang pun masih banyak anak-anak
yang ingin bercerita dan meminta arahan serta bimbingan dari saya. Pengalaman
bersama anak-anak, juga warga sekolah yang lain merupakan kenangan yang manis
yang membuat saya merasa seperti ibu, teman, sahabat bagi orang-orang lain yang
saya temui. Pembelajaran itu bukan hanya berasal dari kita bersekolah tetapi
lebih hebat saat kita belajar dari proses hidup kita. Dan yang perlu kita tahu,
INDONESIA masih luas, , INDONESIA butuh guru dan perbaikan – perbaikan. INDONESIA
butuh anda.
Langganan:
Komentar (Atom)


